Monday, January 10, 2011

PMS XXXVII - Senin, 8 Pebruari 2010 pukul 9:45




BAHASA HARMONI

dalam karya karya:


Dominico Scarlati

(1660-1725=65 th)

Muzio Clementi

(1752-1832=80 th)

Frédéric Chopin

(1810-1849=39 tahun)

Astor Piazzola

(1921-1992=71 th)

Rodolfo Mederos

(belum ada di kamus standar)

Akan dimainkan pada piano

oleh

Slamet A.Sjukur

cucunya:

Fanny Agustina

dan

Daniel Barenboim

(video: TANGOS AMONG FRIENDS)


*** * ***


Fokus kita kali ini pada 3 hal:


1. Keteladanan Barenboim.

Seorang pianis dan konduktor hebat, direktur Orkes Simfoni Chicago dan Opera Berlin. Orang sepenting itu masih tetap mau main musik t a n g o dengan teman-temannya, para pemusik rakyat. Bagi orang seperti dia, gelar akademi tidak ada artinya, dia lebih tertarik pada yang namanya “manusia” dan semua yang hidup.


  1. Musik sebagai kebahagiaan bersahaja.

Bahwa kita harus berlatih sungguh-sungguh kalau ingin bisa main yang baik, itu wajar, tidak lebih istimewa dari kalau kita harus menggerakkan kaki kalau mau jalan.


Hasilnya apa kalau sudah bisa main baik ?

Sederhana sekali : s e n a n g .

Apakah perlu tepuk tangan orang seluruh dunia?

Harus memenangkan juara satu internasional?


Karena itu Slamet A.Sjukur dan cucunya, Fanny Augustina

tampil main piano mengisi acara. Mereka berdua suka dan merasa punya hak untuk tidak bisa main sempurna.


3.Bahasa HARMONI.

Buku-buku teori selalu membicarakan harmoni sebagai “ilmu” yang penuh larangan yang harus dihafal. Dan perannya hanya untuk mengiringi melodi.


Dalam acara ini, kita coba memahaminya sebagai keselarasan dalam pergaulan komunitas bunyi yang secara bersama-sama menentukan arah musiknya.


Kebutuhan Chopin berbeda dari Clementi maupun Scarlati.

Begitu pula Mederos dan Piazzola.




No comments:

Post a Comment