Monday, January 10, 2011

PMS XLIV - Senin, 6 Desember 2010 pukul 9:45







CHOPIN dan musik KUBA


Dalam musik klasik, semuanya diperhitungkan sampai tercapai nuansa yang paling halus. Begitu pula "perasaan" tidak dibiarkan semaunya, harus dengan penuh pertimbangan.

Musik folklor tuntutannya berbeda, diutamakan spontanitas, apa yang langsung bisa dirasakan oleh hati dan tubuh kita.

Diperlihatkan dalam film ini seorang pianis yang mestinya lulus dalam ujian akhir konservatori di Toulouse (Perancis) tapi dia lebih memilih SALSA, musik populer di KUBA. Dia sudah memutuskan untuk membebaskan diri dari 1001 tatanan musik klasik agar bisa merasakan getaran yang hidup dalam musik rakyat yang sensual.

Didalam musik Amerika-Latin yang selalu terasa penuh gairah, sebenarnya malah sering sebagai kearifan menyembunyikan kepedihan di balik senyum.

Musik folklor dan musik klasik, keberadaannya saling melengkapi. Sperti halnya dengan tubuh kita ada kepala, ada dada, perut, dan sebagainya. Tidak ada yang lebih penting dari lainnya.

Acara akan didahului dengan musik Brazilia oleh Milhaud yang akan dimainkan oleh Krisna Setiawan.



Slamet A. Sjukur

PMS XLIII - Senin, 15 Nopember 2010 pukul 9:45


Dari anak-anak jalanan

Ke

O R K E S – S I M F O N I


Dokumen video dengan pengantar Slamet A.Sjukur


Pengalaman pendidikan-musik di Republik Venezuela (Amerika Latin), negara kaya (dengan tambang mas, berlian, minyak dll) tapi kacau dan sangat miskin. Hidup sehari-hari tidak aman karena senantiasa diincar berbagai gerombolan preman. Pengangguran di mana-mana dan anak-anak gelandangan harus berusaha sendiri hidup sebisa-bisanya.

Dalam keadaan mengerikan seperti itu, José Antonio Abreu sejak 30 tahunan yang lalu telah menyelamatkan ratusan ribu anak-anak jalanan.

Mereka diajari musik dengan cara yang khusus disesuaikan dengan keadaan mereka. Perlahan-lahan terbentuk sekolah musik buat anak-anak miskin. Mereka lebih kerasan di sekolah musik dari kembali ke jalanan atau pulang di rumah yang pengap.

Abreu seorang visioner, dia begitu yakin bahwa ORKES-SIMFONI itu contoh dari KEBERSAMAAN KOMUNITAS dan pasti bisa diterapkan untuk membangkitkan semangat hidup saling membantu yang damai.

Hasilnya ? EL SISTEMA sebuah orkes simfoni anak-anak remaja yang sangat terkenal dan sering diundang dari berbagai penjuru dunia, kecuali Indonesia (tentu saja).

PMS XLII - Senin, 9 Agustus 2010 pukul 9:45






Vladimir HOROWITZ



Audio:

Chopin – BALLADE no.1 Op.23, G minor

Schumann: TRĂUMEREI (dari Kindrszenen op.15)

Horowitz BEBERAPA VARIASI atas “Carmen”- Bizet


Video:

Mozart KONSERTO PIANO DAN ORKES no.23 KV.448, A mayor.

Bersama Orkes La Scala, di Milan (Itali) pimpinan:

Carlo Maria Giulini



Kita semua tahu Träumerei-Schumann, dan banyak yang bisa memainkannya, karena lagunya “e n a k’ dan cukup gampang.

Maka kita akan mendengarkan permainan pianis Horowitz, bagaimana yang “g a m p a n g” itu berubah menjadi lebih menarik lagi. Karena Horowitz tidak hanya sekadar memainkan not-notnya yang di partitur saja, yang sulit justru bagaimana memahami yang tersembunyi di balik not-not itu, sekalipun temponya lambat.

Banyak yang mengira tempo lambat itu mudah dimainkan, karena itu sering kita “s i l a u” oleh anak-anak kecil yang sudah bisa main cepat tanpa salah. Selalu ada yang perlu ditanyakan: ‘musiknya mana?’

Ballade-Chopin, juga menarik kalau kita punya kesempatan untuk bisa membandingkan bagaimana para pianis menafsirkannya dengan berbagai cara. Chopin sendiri pernah mengatakan bahwa dia tidak akan memainkan suatu karya dengan cara yang selalu sama.

Ada perbedaan antara permainan yang hidup dan hasil rekamannya.

Ini sama saja dengan masalah seseorang dan fotonya.

Horowitz (1903-1989=86 th) sebenarnya ingin jadi komponis, Variasi-variasi yang dibuatnya atas salah satu tema opera CARMEN-Bizet, membuktikan kemampuan yang dicita-citakannya.

Sebaliknya, dalam memainkan Konserto-Piano Mozart, dia tidak membuat ‘kadensa’ sendiri, melainkan memainkan kadensa yang dibuat oleh Busoni. Pada zaman Haydn dan Mozart, pemain itu tidak hanya bisa main tapi juga ditantang untuk membuat kadensa sendiri. Kemudian Beethoven menetapkan: pemain hanya main saja jangan coba-coba bikin sesuatu yang diluar kemampuannya !

Video yang kita lihat nanti, memperlihatkan Horowitz dan orkes sedang dalam proses membuat rekaman. Perhatikan Horowitz main dengan bantuan partitur. Apa artinya ini ?

Slamet A.Sjukur

PMS XLI - Senin, 19 Juli 2010 pukul 9:45




M O Z A R T

Seperti yang diceriterakan Antonio Salieri.

(Bagian terakhir dari film AMADEUS yang kita lihat bulan lalu)


Pada bagian terakhir ini, muncul orang bertopeng menyeramkan

mendatangi Mozart pesan sebuah missa requiem (musik untuk menghormati orang mati) dan memberi uang muka sangat mahal.

Firasat akan kematian Mozart sendiri ?

Tapi Mozart mendapat tekanan lain, untuk segera menyelesaikan opera-murahan, sekalipun tanpa ada uang muka ! (perlu diketahui bahwa seorang komponis butuh waktu lama untuk mengarang yang perlu konsentrasi penuh, artinya selama itu dia tidak mengerjakan hal lain dan tidak ada pemasukan uang, maka perlu uang muka sebagai jaminan hidup selama itu).

Terjepit berbagai tekanan, istri dan anaknya terlantar, mertuanya marah bukan kepalang. Mozart putus asa dan sekaligus menghadapi mertuanya yang membentak-bentak itu menjadi ilham membayangkan soprano-coloratura yang sedang menyanyi di opera yang sedang dipikirkan!

Bagi seorang jenius seperti Mozart, apa saja bisa menjadi ilham. Bahkan pada zaman itu dia sudah menggunakan bunyi sehari-hari—misalnya bunyi orang menyapu—sebagai bagian musiknya (sementara pada tahun 2004 orang dibuat tercengang oleh kelompok STOMP OUT LOUD yang membuat musik dengan balai, tong kosong, ember dll).

Akhirnya dalam keadaan yang sudah sangat lemah, Mozart di tempat tidur masih terus menggarap pesanan missa requiem. Dia hanya bisa mengerjakan di dalam kepalanya, dan mendiktekannya pada Salieri yang sering kuwalahan menuliskannya karena tidak bisa mengejar pikiran Mozart yang begitu cepat.

Ajal tidak bisa ditawar untuk menunggu missa selesai.

Salieri dirawat di rumah sakit-jiwa.


[2]

W.A.MOZART

Konserto Piano A mayor no.23 K.488

3 INTERPRETASI BERBEDA oleh 3 PIANIS:


Maurizio Pollini (bersama WIENER PHILHARMONIKER pimpinan Karl Böhm).

Clara Haskil (bersama WIENER SYMPHONIKER pimpinan Paul Sacher).

Vladimir Horowitz (bersama ORCHESTRA DI SCALA pimpinan Carlo Maria Giulini).


Ketiga pianis tersebut sama hebatnya dan berbeda satu sama lain.

Adakah kriteria mutlak untuk menentukan siapa no.1, no.2, no.3 ?

Sebaliknya sampai sejauh mana interpretasi bisa bebas ?

Dalam acara kali ini, hanya diperdengarkan seorang pianis saja, pada 9 Agustus, akan diperdengarkan semuanya dan dibahas.

PMS XL - Senin, 14 Juni 2010 pukul 9:45

M O Z A R T

Kita kenal musiknya dan tentang dia melalui buku-buku. PMS bulan ini mengajak anda melihat sendiri orangnya, Mozart sebagai manusia sehari-hari yang polos, lucu, tidak terlalu peduli peraturan dan suka-dukanya menghadapi kebodohan dan kesombongan orang-orang kaya.

Dengan berjalannya waktu, apakah kebodohan dan kesombongan seperti itu sudah tinggal menjadi kenangan sejarah saja ? Apakah kita sekarang lebih beradab ?

Dari segi teknologi, kita hidup jauh lebih maju dari Mozart yang hanya berusia 35 tahun itu (1756-1791. Sekarang ini di mana-mana ada tempat untuk belajar musik, terbuka kesempatan luas untuk siapa saja.

Jumlah komponis yang hebat, semakin banyak: Beethoven, Wagner, Debussy, Messiaen, Ligetti, dsb. Tapi di samping itu juga tidak sedikit sisi negatifnya.

Yang negatif, misalnya kemampuan kita dalam musik dibandingkan dengan Salieri, komponis yang merasa disaingi Mozart.

Salieri hanya dengan membaca partitur Mozart, dia langsung mengerti keluar-biasan musiknya. Bagi seorang Salieri, partitur musik itu bukan sekadar kertas berisi not-not balok, melainkan seperti pintu-gerbang yang menyuarakan musik yang tersembunyi di baliknya.

Sementara banyak diantara kita yang baru bisa mendengar musiknya kalau dimainkan di piano. Ini suatu tanda betapa sangat memperihatinkannya pelajaran musik sekarang ini.

MUSIK mestinya bukan sekadar pelajaran, melainkan pendidikan. Juga ada perbedaan antara sekadar mendengar (secara pasif) dan mendengarkan (yang meng-aktif-kan rasa dan seluruh kemampuan intelektual).

Dalam acara M o z a r t nanti, kita juga menyaksikan alam pikiran Mozart. Dia suka bermain billiard sendirian, karena dengan itu dia merasakan geometri yang hidup; menyodok bola dengan tenaga dan sudut-pantulan yang diperhitungkan, untuk mencapai sasaran tertentu.

Mozart juga suka berbicara dengan membalik-balik susunan hurufnya, sehingga orang terpaksa memeras otak untuk mengertinya. Ini berkaitan dengan teknik komposisi musik yang memungkinkan sebuah melodi bisa dibuat mundur urutan nada-nadanya, juga bisa dibalik arahnya (yang naik dirubah menjadi turun dan sebaliknya), bahkan mundur terbalik !!!

PERTEMUAN MUSIK SURABAYA berusaha mengangkat berbagai persoalan penting yang biasanya tenggelam oleh hal-hal rutin yang tidak tertarik pada perkembangan jaman.


PMS XXXIX - Senin, 10 Mei pukul 9:45












Karya-karya untuk piano

DEBUSSY – RAVEL – SCHöNBERG - WEBERN


Oleh para pencinta musik

Ang Hwie Lie

Mira Veronica Soesilo Ong

Sin Niu Nanang Liem

Grasiavita Tanuwidjaja


Pengantar Slamet A.Sjukur

tentang estetika keempat komponis tersebut


PMS XXXVIII - Senin, 8 Maret 2010 pukul 9:45



P e t e r

d a n

S e r i g a l a

P r o k o f i e v


C h a m b e r o r c h e s t r a o f E u r o p e

P i m p i n a n

C l a u d i o A b b a d o

Suatu kesempatan untuk mengenal instrumen-instrumen orkes dengan cara yang sangat menarik. Disajikan dalam bentuk sebuah cerita, setiap pelakunya mewakili bunyi instrumennya (burung=flute, kucing=klarinet dsb)

Para pelaku dalam cerita ini ditampilkan oleh mahluk-mahluk setengah manusia setengah boneka, termasuk sosok komponisnya (Prokofiev) maupun konduktor orkesnya (Abbado).

Dengan pengantar oleh

Slamet A.Sjukur

PMS XXXVII - Senin, 8 Pebruari 2010 pukul 9:45




BAHASA HARMONI

dalam karya karya:


Dominico Scarlati

(1660-1725=65 th)

Muzio Clementi

(1752-1832=80 th)

Frédéric Chopin

(1810-1849=39 tahun)

Astor Piazzola

(1921-1992=71 th)

Rodolfo Mederos

(belum ada di kamus standar)

Akan dimainkan pada piano

oleh

Slamet A.Sjukur

cucunya:

Fanny Agustina

dan

Daniel Barenboim

(video: TANGOS AMONG FRIENDS)


*** * ***


Fokus kita kali ini pada 3 hal:


1. Keteladanan Barenboim.

Seorang pianis dan konduktor hebat, direktur Orkes Simfoni Chicago dan Opera Berlin. Orang sepenting itu masih tetap mau main musik t a n g o dengan teman-temannya, para pemusik rakyat. Bagi orang seperti dia, gelar akademi tidak ada artinya, dia lebih tertarik pada yang namanya “manusia” dan semua yang hidup.


  1. Musik sebagai kebahagiaan bersahaja.

Bahwa kita harus berlatih sungguh-sungguh kalau ingin bisa main yang baik, itu wajar, tidak lebih istimewa dari kalau kita harus menggerakkan kaki kalau mau jalan.


Hasilnya apa kalau sudah bisa main baik ?

Sederhana sekali : s e n a n g .

Apakah perlu tepuk tangan orang seluruh dunia?

Harus memenangkan juara satu internasional?


Karena itu Slamet A.Sjukur dan cucunya, Fanny Augustina

tampil main piano mengisi acara. Mereka berdua suka dan merasa punya hak untuk tidak bisa main sempurna.


3.Bahasa HARMONI.

Buku-buku teori selalu membicarakan harmoni sebagai “ilmu” yang penuh larangan yang harus dihafal. Dan perannya hanya untuk mengiringi melodi.


Dalam acara ini, kita coba memahaminya sebagai keselarasan dalam pergaulan komunitas bunyi yang secara bersama-sama menentukan arah musiknya.


Kebutuhan Chopin berbeda dari Clementi maupun Scarlati.

Begitu pula Mederos dan Piazzola.




PMS XXXVI - Senin, 14 Desember 2009 pukul 9:45



PAVANE POUR UNE INFANTE DÉFUNTE – Ravel


1

Analisa ringkas

Slamet A. Sjukur

2

Versi untuk piano

2.1. Grasiavita Tanuwidjaja

2.2. Mira Veronica Soesilo Ong

3

Versi untuk gitar listrik

Wiek Hijman

4

Versi untuk orkes

Orkes Simfoni Saito Kinen

Konduktor Seiji Ozawa





PMS XXXV - Senin, 2 Nopember 2009 pukul 9:45


1.Barenboim, Orkes Simfoni Chicago, dan Boulez (NOTATIONS I-IV).

2.KONSERTO PIANO no.5 Beethoven, oleh pianis Zimmermann dan

Orkes Filharmoni Wina pimpinan Bernstein.

PMS XXXIV - Senin, 19 Oktober 2009 pukul 9:45




B a r e n b o i m :

O R K E S ME-NIHIL-KAN PERMUSUHAN


Di Pertemuan Musik Surabaya terdahulu kita mengenal Barenboim sebagai pianis dan empu yang memberi saran-saran berharga pada para pianis hebat seperti Lang-Lang, Alessio Bax, Shai Wosner dll.

Kali ini kita melihatnya sebagai konduktor.

Bersama pemain cello Yo-Yo-Ma dan sastrawan Edward W.Said, dia menghidupkan orkes para pemuda dari dua dunia yang selalu bertikai: Yahudi dan Arab.

Ternyata musik berhasil mengatasi permusuhan yang tidak dapat diselesaikan dengan politik maupun senjata. Karena itu orkes yang mempersatukan mereka itu diberi nama “West-Eastern Divan Orchestra”. Ini diambil dari judul kumpulan sajak-sajak Gœthe yg terkenal WEST-ŐSTLICHER DIVAN.

Hubungannya dengan Gœthe (1749-1832=83 tahun) ?

Gœthe seorang tokoh sastra Jerman, juga ahli botani dan bahkan bukunya tentang TEORI WARNA sampai sekarang tetap mengagumkan. Ketika usianya sudah lebih dari 60 tahun, dia tiba-tiba asyik belajar bahasa Arab karena terkesima oleh secarik halaman Kor’an yang dibawa dan dijelaskan oleh seorang terntara yang baru pulang dari tugasnya di Spanyol.

Diilhami oleh sajak-sajak Persia , maka terbitlah buku Gœthe tersebut sebagai kekagumannya pada budaya timur-tengah.

Dan atas gagasan Barenboim dan mendiang Edward W.Said

(sastrawan Palestina) Orkes Dipan Timur-Barat itu dibentuk tahun 1999 di kota Weimar yang selalu dikaitkan dengan Gœthe, Schiller, Bach, Wagner maupun Liszt.

Para pemainnya berusia antara 18th dan 25th (bahkan ada yang usianya 15th atau 14th ). Selain pemuda-pemuda dari Syria, Libanon, Israel dan Arab Israel yang menjadi bagian mayoritas, juga ada beberapa yang dari Rusia dan Jerman.

PMS XXXIII - Senin, 14 September 2009 pukul 9:45



A H O U S E I N B A L I

O p e r a a b a d 2 1

Karya E v a n Z I P O R Y N


Sebuah opera paling baru di abad ini yang dibuat Evan Ziporyn seorang komponis Amerika dan bercerita tentang Bali .

Tidak banyak opera yang menaruh perhatian pada dunia di luar Eropa. Diantara yang sedikit itu, misalnya MADAME BUTTERFLYy- Puccini tentang Jepang, TURANDOT (oleh komponis yang sama) tentang Tiongkok, LAKMÉ – Delibes

Tentang India, THE EGYPTIAN HELEN – Richard Strauss tentang Mesir.


Evan Ziporyn seorang komponis yang sangat fasih menggunakan instrumentasi konventional Barat maupun gamelan Bali.Dia juga pemain klarinet yang bisa memainkan gender Bali dengan sangat bagus karena pendalamannya yang tekun selama bertahun-tahun.


Dalam operanya tersebut, Ziporyn mempertemukan dua budaya yang berbeda; ada ansambel musik barat, ada gamelan Bali, ada penyanyi opera, ada penyanyi khas Bali, dan penari yang sekaligus aktor.

Pergelaran perdanya akan diselenggarakan di Berkeley (Amerika) tanggal 26 September nanti. Tapi gladiresiknya sudah dilakukan bulan Juni lalu selama dua hari di Puri Saraswati, Ubud, Bali .

Pertunjukan di gedung opera tentu dilengkapi dengan keperluan pentas yang memadai, terutama tuntutan akustik dan pencahayaan,


Waktu di Bali 3 bulan lalu, pencahayaannya statis dan diperlukan sistim suara yang sesuai dengan keadaan di pelataran yang luas dan terbuka. Dekornya alami, di depan puri yang megah indah dengan pepohonan yang menambah keasriannya. Hal ini tidak mungkin tertandingi oleh dekor artifisial di dalam gedung yang tertutup.


Rekaman video yang akan kita saksikan nanti berkat usaha pribadi teman kita Grasiavita Tanuwidjaja.

Tentang opera tersebut, ceritanya, masalah teknik mempertemukan dua budaya-musik, dan maknanya bagi musik di Indonesia , akan dibicarakan oleh Slamet A.Sjukur di tempat pertemuan nanti.

PMS XXXII - Senin, 31 Agustus 2009 pukul 9:45



S W I N G I N G

B A C H


Memperingati 250 tahun matinya Bach

di sebuah pasar di Leipzig

dekat gereja St.Thomas tempat Bach berkarya

(rekaman video 2000)

Akan kita dengarkan dan lihat:

GERMAN BRASS * GEWANHAUSE ORCHESTER

Trio jazz JACKUES LOUSSIER * BOBBY McFERRIN

KING’S SINGERS * TURTLE ISLAND STRING QUARTET

Flut: JIRI STIVIN



Aneh ! Musik Bach digoyang ngebor gaya swing.


Yang serius pasti tidak setuju karena dianggap merusak,

atau sudah mengalami sendiri bahwa meng-aktual-kan Bach memang menyenangkan tapi hanya sebentar sudah itu cepat merasa ketinggalan jaman, sementara musik Bach sendiri tetap abadi.

Prof.Dr.Yoshitake Koboyashie, seorang musikolog, bahkan berpendapat bahwa musik Bach begitu kuat dan tidak ada yang bisa menghancurkannya, ini luar biasa.


TOCCATA dan FUGA d minor yang sebenarnya untuk orgel pipa, akan di sajikan oleh German Brass dengan 4 trompet, 2 horn, 2 trombon, 1 tuba dan 1 euphonium.

Kemudian karya yang sama disulap menjadi gado-gado oleh King’s Singers untuk menceriterakan Bach yang sedang mendapat kesulitan menghadapi batas-waktu menyelesaikan karyanya. Bahasa Indonesianya:


J.S.Bach punya masalah// J.S.Bach terdesak waktu. J.S.Bach bingung tidak tahu mesti bagaimana// “Saya hampir selesai membuat karya luar biasa: TOCCATA dalam d minor// Mendadak sekarang merasa bodoh,tidak tahu apa yg harus dikerjakan selanjutnya”// Istrinya yang telah dibuatnya melahirkan 33 anak: “Johann, kekasihku,sekarang tidurlah.Nanti akan ada saja yang timbul”// “Eh, jangan omong seenaknya begitu! Ini betul-betul saat gawat, saya dibatasi waktu. Jadi gimana ini? Apa yang cocok sesudah Toccata yang begitu dahsyat ? Mungkin sesuatu yang lebih cepat. Tapi saya sudah tidak punya gagasan lagi, batas waktunya tinggal satu minggu!! Saya bingung,macet seperti lem perekat”//

Sudahlah, Johann, jangan ngotot. Nada hanyalah sekadar nada, seperti yang sering kau katakan. ‘Kan cuma ada 12, pakailah akalmu. Berapa kemungkinan yang bisa dibuat dengan 12 nada itu”// “Persoalan itu, saya tidak peduli. Saya tidak mau tahu berapa permutasi dari c,d,e,f,dan g. Itu urusan Arnold Schönberg, musik 12 nada. Bukan, bukan, itu bukan solusinya! Apa yang harus kulakukan sekarang ? Saya betul-betul bingung. Ah! Tidak! Toccata sudah selesai tapi belum ada Fuga-nya……….(terdengar bunyi hp…).Haaaaa! Sekarang saya tahu…////


Bobby McFerrin penyanyi dan trio jazz Jacques Loussier menganggap Bach sebagai sumber inspirasi yang selalu memukau.

Saturday, January 8, 2011

Pertemuan Musik Surabaya





Terimakasih sangat atas dukungan Anda pada acara-acara PERTEMUAN MUSIK SURABAYA.


Baik sejak acaranya masih di rumah mas Krisna Setiawan, maupun sampai akhirnya menampung acaranya di Wisma Musik Melodia hingga sekarang (karena daerah sekitar rumah mas Krisna jalan-jalannya diperbaiki pemkot dan lama sekali tidak memungkinkan parkir mobil).

Seingat saya, Anda termasuk para sahabat yang baru-baru ini saya kirimi terus surat-menyurat saya dengan Prof. Dieter Mack , Tony Prabowo, Otto Sidharta dan Roy Thaniago. Korespondensi yang mempermasalahkan KEPRIHATINAN tentang MUTU PENDIDIKAN MUSIK KITA, lebih-lebih setelah melihat sendiri bagaimana HASIL PENDIDIKAN MUSIK di negara-negara tetangga kita sesama ASIA TENGGARA.

Pendidikan-Musik di negeri kita TIDAK PUNYA ARAH YANG JELAS dan seperti KATAK DALAM TEMPURUNG.

Kita cuma sibuk bikin kurikulum, sibuk mempersiapkan diri agar lulus ujian, baik ujian lokal maupun yang DI-REMOTE CONTROL dari London/Royal Music School.

Memang setiap negara mempunyai kebutuhannya sendiri sesuai dengan keadaannya.

Tapi kalau tidak mau TERASING dari KOMUNITAS MUSIK, kita tidak bisa menutup mata terhadap kebutuhan untuk BISA BERKOMUNIKASI MUSIK DALAM HUBUNGAN SETARA dengan negara-negara di luar kita..

Dalam FESTIVAL MUSIK KONTEMPORER ASIA TENGGARA di Kuala Lumpur bulan lalu, komponis-komponis muda kita tertinggal jauh sekali dari rekan-rekannya dari Malaysia , Filipina , Thailand dsb.

Bahwa MUTU PENDIDIKAN MUSIK KITA amat sangat rendah sekali, itu kenyataan yang sudah kita semua ketahui.

Sebabnya yang utama: GURU YANG MEMPUNYAI KEMAMPUAN TINGGI dan WAWASAN LUAS, nyaris tidak ada.

Hal ini pula yang menyebabkan kalangan musik kita TIDAK PUNYA MINAT untuk mengetahui “yang namanya kemajuan dalam musik” itu bagaimana ?

Mereka TENGGELAM DALAM RUTINITAS dan TIDAK BISA MELIHAT PRIORITAS.

PERTEMUAN MUSIK SURABAYA sebagai satu-satunya forum saling bertemu untuk membicarakan hal-hal penting yang “tidak difahami manfaatnya” oleh pendidikan musik manapun di Indonesia, mestinya dijadikan kesempatan tak ternilai sebagai upaya untuk memperluas wawasan yang kita butuhkan.

Teman-teman dari ISI Yogyakarta sering memerlukan datang pada acara PMS.

Di Jakarta, Komunitas SALIHARA yang sejak dua tahun ini punya gedung kesenian yang sangat bagus dengan acara-acaranya bermutu, juga minta PMS membuat acara-acara apresiasi musik seperti di Surabaya . Hal ini akan dilaksanakan mulai tahun depan.



Jakarta 16 Desember 2009

Slamet A. Sjukur

PMS XXXI - Senin, 15 Juni 2009 pukul 9:45













  1. Menonton DVD L’Histoire du Soldat (I. Stravinsky)

Oleh Neederlands Dans Teater (koreografer Jiri Kylian; pimpinan music David Porselijn)


PMS XXX - Senin, 18 Mei 2009 pukul 9:45


Menonton DVD masterclass Barenboim – Lang lang (ulangan)


PMS XXIX - Senin, 6 April 2009 pukul 9:45













  1. Permainan duo piano : Ryan & Janice (Yellow River)

  2. Konser piano dari Selandia Baru : Ross J. Carey


PMS XXVIII - Senin, 21 Maret 2009 pukul 9:30











  1. Permainan piano oleh Noviana :

  2. Menonton DVD masterclass Barenboim – Lang Lang