Monday, February 10, 2014

Pertemuan Musik Surabaya Februari 2014

Pianis Surabaya, Handy Soeroyo, konser, paparan dan analisa tentang Beethoven, Chopin dan Debussy

Beethoven, ya sonata. Chopin, tentu polonaise.  Debussy katanya ada gamelannya. Sudah itu ?  Seorang yang menekuni polyteknik di Ubaya akan membicarakannya lebih lanjut di Pertemuan Musik Surabaya hari Senin pagi 17 Februari ini.
 
Seorang polyteknik bicara tentang musik ? Aneh rasanya bagi kita di Indonesia. Tapi di Jerman ada seorang komponis hebat, Thomas Lauk, yang juga dokter bedah mata. Di Prancis ada Xenakis (almarhum) salah seorang komponis penting abad-20 yang juga seorang arsitek kondang dan pakar matematika.

Beethoven (1770-1827)yang musiknya kita kenal dahsyat, ekspresif dan galak, ternya bukan seorang radikal yang suka menjungkir-balikkan peraturan demi sesuatu yang baru atau sekadar supaya berbeda dari komponis-komponis lain. Hasratnya untuk menemukan sesuatu yang tidak terbantah kebenarannya terlihat dari catatan-catatan persiapannya mengerjakan karyanya. Simfoninya yang ke-9 (dengan paduan suara !) ditekuninya selama 6 tahun, Missa Solemnis selama 4 tahun. Nyaris setiap nada dalam karya-karyanya diganti rata-rata sampai 21 kali untuk menemukannya yang tepat ! Mentalitas yang bertolak belakang dengan budaya fast-food,  pembual  dan  koruptor.

Tentang Chopin (1810-1849), siapa yang tidak kagum pada caranya mengolah melodi,  harmoni bahkan ritme dengan kecerdasan emosional yang luar biasa, sampai banyak buku-buku musik yang melupakan John Field (komponis Irlandia 1782-1837) yang ke 20 nocturnenya menjadi model seluruh nocturne Chopin ! Legatissimo dan singing-tone permainan piano Field juga menjadi ilham Chopin, bagi dirinya sendiri maupun yang diajarkan pada murid-muridnya.

Sebagai guru, Chopin mangajarkan banyak hal penting, misalnya tentang hubungan antara anatomI tangan dan perbedaan jarak bilah-bilah hitam/putih di piano, Yang hitam (c#,d#,f#,g#,a#) yang lebih jauh dari yang putih harus dijangkau dengan jari yang panjang, Akibatnya tangga-nada C# mayor dan F# mayor diajarkan lebih dulu karena paling sesuai dengan bentuk tangan dan karenanya jauh lebih mudah dari C mayor. Chopin sangat otoriter dalam mengajar murid-muridnya untuk konsentrasi pada pendengaran tidak cuma latihan jari. Jadi kualitas bunyi dan logika musik diajarka Chopin sejak awal. Bukan cuma ‘main’ piano.

Debussy, masalahnya lain. Dia melawan Wagner sebagai puncak musik romantik yang menguasai Eropa pada waktu itu. Musik semakin terasa sesak dengan sedu-sedan. Tidak ada jalan lain, semua menuju ke kadens final, menuju kematian. Gamelan yang ditontonnya di Paris tahun 1889, membuka pandangan lain. Bahwa ‘waktu’ bukan linier (ada awal ada akhir) melainkan sirkuler (berputar seperti lingkaran yang tidak ada ujungnya).
Handy Suroyo mahasiswa polyteknik Ubaya akan memainkan “Sonata op.31 no.3”, “Barcarolle op.60”, “Ondine” {peri hidup di air} dan “Feux d’Artiice” (kembang-api). Terbuka untuk umum, dengan memberikan iuran umum 35.000 dan Pelajar / mahasiswa 20.000. 

Slamet A.Sjukur.




No comments:

Post a Comment